Pengusaha Zaman Sekarang Terlalu Anggap Remeh Mudahnya Cari Pekerja
Di tengah arus kemajuan teknologi dan digitalisasi, banyak aspek kehidupan berubah dengan cepat, tak terkecuali dalam dunia kerja. Kini, proses perekrutan karyawan dapat dilakukan secara online, praktis, dan efisien. Cukup dengan beberapa klik, pengusaha dapat mengunggah lowongan pekerjaan dan menerima puluhan bahkan ratusan lamaran dalam waktu singkat.
Kemudahan ini, sayangnya, juga membawa efek samping. Tidak sedikit pengusaha zaman sekarang yang terlalu meremehkan proses pencarian dan pemilihan tenaga kerja. Mereka beranggapan bahwa karyawan mudah didapatkan dan mudah digantikan kapan saja. Hal ini menjadi awal dari siklus kerja yang tidak sehat—di mana karyawan dipandang hanya sebagai “alat produksi” bukan sebagai mitra kerja yang berharga.
Ilusi Kemudahan Mencari Karyawan
Dari luar, tampaknya memang mudah. Platform seperti LinkedIn, JobStreet, dan lainnya menyediakan akses luas ke jutaan pencari kerja. Namun, kenyataannya menemukan pekerja yang tepat, berdedikasi, memiliki keterampilan, dan sesuai dengan budaya perusahaan adalah proses yang jauh lebih kompleks.
Seorang karyawan bukan sekadar “mengisi kursi kosong”. Mereka adalah bagian dari roda yang membuat perusahaan terus bergerak maju. Jika pengusaha hanya fokus pada penggantian cepat, maka yang didapat sering kali bukan kualitas, melainkan kuantitas semata.
Dampak Langsung pada Budaya Kerja
Sikap menggampangkan ini menciptakan lingkungan kerja yang tidak stabil. Karyawan merasa tidak aman, tidak dihargai, dan akhirnya kehilangan semangat untuk bertumbuh bersama perusahaan. Tingginya angka turnover menjadi indikator jelas bahwa ada yang salah dalam cara perusahaan memperlakukan SDM-nya.
Sebagai contoh, beberapa perusahaan rintisan (startup) mengalami perputaran karyawan yang tinggi karena budaya kerja yang toksik, ekspektasi tidak realistis, serta tidak adanya penghargaan terhadap loyalitas. Akibatnya, perusahaan kehilangan waktu dan biaya dalam pelatihan ulang, menurunnya produktivitas, serta rusaknya reputasi sebagai tempat kerja.
Membangun Loyalitas Itu Butuh Waktu
Menghargai karyawan berarti memberikan mereka rasa memiliki. Memberi ruang untuk berkembang, mendengarkan aspirasi mereka, dan menciptakan sistem kerja yang manusiawi adalah kunci. Loyalitas tidak bisa dibeli dengan gaji besar saja, tapi dibangun dari kepercayaan dan rasa aman.
Pengusaha harus menyadari bahwa mempertahankan pekerja yang baik jauh lebih berharga daripada sekadar mengganti mereka dengan yang baru. Investasi terbesar dalam bisnis bukan hanya pada produk atau teknologi, melainkan pada orang-orang yang menjalankannya.