Saat Hidup Terasa Nyaman, Bisa Jadi Itulah Istidraj dari Allah SWT
Ketika hidup terasa mudah dan penuh kelimpahan, bisa jadi itu bukan nikmat, tapi istidraj dari Allah SWT. Simak penjelasan lengkapnya disertai dalil Al-Qur’an dan hadist yang menggugah hati.
Kenikmatan Dunia yang Menipu
Dalam kehidupan ini, banyak orang mengira bahwa kenyamanan hidup, kelimpahan harta, dan lancarnya urusan adalah tanda bahwa Allah SWT sedang ridha terhadap mereka. Namun, benarkah semua itu selalu menjadi bukti cinta Allah? Ataukah justru itu bagian dari istidraj, jebakan kenikmatan duniawi yang menjauhkan kita dari jalan-Nya?
Istidraj merupakan salah satu konsep penting dalam Islam yang perlu dipahami setiap Muslim. Karena bisa jadi, ketika seseorang merasa hidupnya serba mudah tanpa ibadah yang kuat, tanpa dekat kepada Allah, itu adalah bentuk istidraj—kenikmatan yang diberikan secara bertahap hingga akhirnya dia binasa dalam kelalaian.
Pengertian Istidraj: Nikmat yang Menyesatkan
Kata istidraj berasal dari bahasa Arab daraja yang berarti “bertahap” atau “perlahan-lahan”. Dalam istilah syar'i, istidraj adalah kondisi ketika Allah memberikan kenikmatan duniawi kepada seseorang yang durhaka, agar semakin tenggelam dalam kemaksiatan sebelum akhirnya diberi azab.
Dalil Al-Qur'an tentang Istidraj
Allah SWT berfirman:
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.”
(QS. Al-An’am: 44)
Ayat ini jelas menggambarkan fenomena istidraj. Allah membiarkan mereka larut dalam kenikmatan, hingga azab datang tanpa peringatan.
Hadist Nabi tentang Istidraj
Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada hamba-Nya atas kemaksiatan yang ia lakukan, maka ketahuilah bahwa itu adalah istidraj."
(HR. Ahmad dan al-Baihaqi)
Hadist ini menjadi peringatan keras bagi kita agar tidak tertipu dengan kenikmatan dunia. Bisa jadi, Allah sedang “membiarkan” kita menjauh dari-Nya sebagai bentuk hukuman terselubung.
Mengapa Istidraj Terjadi?
Ada beberapa alasan mengapa seseorang mendapatkan istidraj:
- Kelalaian dalam ibadah. Hidup nyaman tapi shalat sering ditunda atau ditinggalkan.
- Kesombongan dan merasa tidak butuh Allah. Merasa semua keberhasilan adalah hasil usaha pribadi.
- Hati yang keras. Tidak tersentuh oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan peringatan akhirat.
- Terus-menerus dalam maksiat. Melakukan dosa tanpa rasa bersalah.
Tanda-Tanda Seseorang Terkena Istidraj
- Rezeki melimpah tapi jauh dari masjid.
- Kesehatan prima tapi jarang sujud syukur.
- Popularitas meningkat tapi akhlak buruk.
- Keluarga harmonis tapi tidak kenal pengajian.
Jika tanda-tanda ini ada pada kita, sudah saatnya muhasabah dan kembali kepada Allah.
Refleksi Diri: Jangan Tertipu Dunia
Kenyamanan dunia bukanlah tolok ukur keberhasilan seorang hamba di mata Allah. Banyak para Nabi dan sahabat yang hidup sederhana, bahkan diuji dengan kesulitan, tapi merekalah orang-orang yang paling dicintai Allah.
Allah SWT berfirman:
“Ketahuilah bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak-anak…”
(QS. Al-Hadid: 20)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa dunia adalah tipuan. Maka, jangan terlena.
Cara Menghindari Istidraj
- Perkuat hubungan dengan Allah. Jaga shalat, perbanyak dzikir, dan tilawah Al-Qur’an.
- Syukuri nikmat dengan taat. Gunakan harta, waktu, dan tenaga untuk kebaikan.
- Perbanyak istighfar. Mohon ampun atas segala kelalaian.
- Sahabat yang shalih. Dekatkan diri dengan orang-orang yang mengingatkan pada akhirat.
Kisah Nyata: Qarun yang Tenggelam dalam Istidraj
Qarun adalah tokoh dalam Al-Qur’an yang diberi kekayaan luar biasa. Namun, karena kesombongan dan kelalaiannya, Allah menenggelamkannya ke dalam bumi.
“Maka Kami benamkan dia beserta rumahnya ke dalam bumi...”
(QS. Al-Qashash: 81)
Ini adalah pelajaran bahwa nikmat yang tidak disyukuri dan digunakan untuk mendekat kepada Allah, bisa menjadi petaka.
Kembali ke Jalan yang Benar
Mari kita renungkan kembali kehidupan kita. Apakah kenyamanan yang kita nikmati benar-benar berkah, atau hanya jebakan istidraj? Jangan sampai terlambat menyadari saat semuanya telah diambil kembali oleh Allah.
Berdoalah agar Allah tidak membiarkan kita jauh dari-Nya walau sejenak:
“Ya Allah, jangan Engkau serahkan urusan kami kepada diri kami sendiri walau sekejap mata pun.”
Istidraj adalah bentuk ujian yang sangat halus. Ia menyamar sebagai kenikmatan dan keberhasilan, padahal sejatinya adalah bentuk murka Allah yang tersembunyi. Satu-satunya jalan untuk selamat adalah dengan kembali kepada Allah, memperbanyak amal, dan membersihkan hati dari kesombongan.
Semoga kita termasuk hamba yang diberi hidayah dan tidak tertipu oleh dunia.
Tags:
#Istidraj #HikmahIslam #RenunganHati #AyatAlQuran #HadistNabi #SelfReminder #TafsirQuran #Tazkiyah #MuhasabahDiri #KembaliKepadaAllah