Mengapa Wanita Tak Malu Berpakaian Ketat Meski Berhijab? Ini Penjelasannya

Mengapa masih banyak wanita berhijab namun mengenakan pakaian ketat? Temukan penjelasan dari sisi syariat Islam, sosial, dan kutipan ulama

Mengapa Wanita Tak Malu Berpakaian Ketat Meski Berhijab? Ini Penjelasannya


Mengapa masih banyak wanita berhijab namun mengenakan pakaian ketat? Temukan penjelasan dari sisi syariat Islam, sosial, dan kutipan ulama salaf di sini.

Fenomena Hijab Tapi Ketat: Sebuah Realita yang Semakin Umum

Di era modern ini, banyak wanita muslimah memakai hijab, namun masih mengenakan pakaian ketat yang menonjolkan lekuk tubuh. Secara kasat mata berhijab, tapi tidak mencerminkan adab hijab dalam Islam. Apa penyebabnya, dan bagaimana para ulama menyikapinya?

1. Kurangnya Pemahaman Tentang Hakikat Hijab

Banyak wanita mengira bahwa menutup rambut sudah cukup disebut berhijab. Padahal, hijab bukan hanya tentang kain di kepala, tapi meliputi keseluruhan cara berpakaian yang sesuai dengan syariat.

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata:
“Banyak wanita hari ini berpakaian namun pada hakikatnya telanjang. Mereka memakai pakaian, namun ketat atau tipis hingga menampakkan lekuk tubuh mereka. Ini termasuk dari jenis pakaian yang tidak halal dikenakan oleh wanita muslimah.”
(Silsilah Ash-Shahihah, no. 2683)

2. Terpengaruh Tren dan Media Sosial

Fashion hijab modern seringkali mengaburkan batasan syar’i. Model baju yang ketat, bertumpuk-tumpuk namun membentuk tubuh, dianggap sebagai bagian dari ‘gaya’. Di sinilah peran edukasi agama dan penguatan iman sangat diperlukan.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
“Setiap kali seorang hamba menjauh dari cahaya syariat, maka ia akan tertipu oleh cahaya palsu dunia yang menyesatkannya.”
(Madarij As-Salikin, 1/24)

3. Lemahnya Rasa Malu Karena Allah

Rasa malu (al-hayaa’) adalah perisai utama wanita. Ketika malu karena Allah hilang, yang tersisa hanyalah rasa malu kepada manusia—dan itu bisa hilang juga. Maka, tak aneh jika banyak wanita merasa percaya diri berpakaian ketat, padahal berhijab.

Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya di antara perkataan kenabian terdahulu yang masih ada pada manusia: Jika kamu tidak malu, maka lakukanlah sesukamu.”
(HR. Bukhari no. 3483)

4. Hijrah yang Masih Berproses

Tak semua wanita langsung memahami makna hijab syar’i sejak awal. Ada yang mulai dari menutup rambut, lalu perlahan menuju pakaian yang longgar. Proses ini harus dihargai, namun tetap diarahkan.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata:
“Wanita yang berhijrah menuju kebaikan, hendaknya terus diperbaiki pemahamannya, didukung niatnya, dan diarahkan agar hijrahnya benar dan sempurna sesuai tuntunan Rasulullah.”

5. Lingkungan Kurang Mendukung

Seringkali, lingkungan sosial yang permisif menjadikan wanita merasa tidak ada yang salah dengan gaya berhijab yang membentuk tubuh. Maka sangat penting menciptakan lingkungan Islami yang menumbuhkan semangat taat dan malu karena Allah.


Berhijab tapi masih berpakaian ketat adalah masalah yang perlu dihadapi dengan ilmu, bukan hanya kritik. Edukasi, keteladanan, dan pendampingan spiritual akan lebih efektif dalam membenahi fenomena ini daripada celaan. Mari saling menasihati dalam kebaikan, karena setiap muslimah punya potensi menjadi wanita mulia di mata Allah.

Tag:

#HijabSyarI #MuslimahSejati #JagaAuratt #HijrahMenujuSurga #NasihatUlama #HijabBukanFashion #PakaianMuslimah #IslamicReminder #MaluKarenaAllah #SyaratHijabSyarI


Posting Komentar